Rabu, 28 Maret 2012

ia yang mengatup....


IA YANG MENGATUP,
JADILAH KUTUB

Darinya aku mengerti bahasa birahi
Darinya aku memahami kata-kata
Darinya aku mulai menanam kecupan dan desahan
Darinya aku mengenal tutur
Darinya aku melahirkan bisikan-bisikan

Sudah lama aku memperhatikannya, bibir yang terkatup mengeram ribuan galaksi tempat berotasinya planet-planet. Kutub-kutubnya membeku, butiran saljunya menjadi musim gugur.  Disanalah kemudian bunga-bunga menyemai wanginya setelah lama ia memendam hasrat dalam rahim gigil dan gelora untuk bertahan hidup. Guratannya mengembalikan aku pada masa lalu, dimana debu-debu kuusap dan kukecap menjadi gelora, hingga aku bisa bertahan lebih lama berada disampingnya. Jangan biarkan ia mengatup terlalu lama sebab aku akan beranjak pergi meninggalkan dukanya.

aku ingin mengusap....


aku ingin mengusap embun di kelopaknya

Mata itu kembali menetap, membuka jendelanya, setelah semalaman ia terlelap bersama angin dan gerimis. Dari rahim mata itu lahirlah bayi-bayi mungil yang bernama kesedihan dan kegembiraan.
Mata adalah teka-teki. Karenanya kita berspekulasi menebak makna embun bening yang luluh dari kelopaknya, entah itu gelisah atau riang, aku tak tahu, hanya ia yang tahu dan paham makna bahasa embun bening itu sendiri….


Ia mulai beranjak dari tempat yang jauh, setelah seharian ruang korneanya menyimpan ribuan enigma. Sebuah perjalanan kosong telah ia lalui, entah bersama siapa, siapa yang ia ajak, dimana, dan mau kemana, tak ada yang tahu. Mata itu mengajakku mengarungi sebuah telaga melalui tatapan hangatnya yang sampai detik ini masih kurasakan. Telaga yang ingin ia kunjungi adalah gemuruh dimana segala hasrat tumpah menggenangi kedalamannya. Aku tak bisa beranjak dan menolak tatapan itu, ada magnet dan magma yang sewaktu-waktu bisa membuatku tak berdaya apalagi tatapannya lebih dahsyat sejak pertama kali aku mengenalnya, sebuah tatapan penuh dengan makna ganda.

Rabu, 21 Maret 2012

Red


RED
By Hamiddin

Red is anger
Sleeps like tiger
Burns like fire
Hides in your desire

Red is bravery
Pour in your blood
Take your recovery
By praying to God

Red is flower
Bring it drizzle of water
From the depth of your liver
That makes you be true lover

Malang, 19 October 2009, 22:15 WIB

Mawar Januari


MAWAR JANUARI
Pro: NJ

suatu malam, di awal tahun
kupejamkan mataku
untuk mengingat raut wajahmu yang layu
ketika semak-semak rimbun dengan embun
tipis senyummu menghijau di padang belakang rumahku

di gerbang Januari,
setangkai bunga mawar kugenggam erat
sebab tujuh hari yang lalu
aku sempat mencatat namamu
bersama merahnya mawar itu

Suaraumu Rinduku, Hijau-Tembakau AlifMu, Sebji Jagung


SURAUMU RINDUKU
: pro An…

ketika pagi mengendap dalam sekental kopi
kudengar nafirimu meruapkan melati
sementara, pada pucuk-pucuk tembakau
nafasmu bersembunyi

dulu, rumahmu adalah surau
tempatku mengaji dan berpuisi
pada pekat malam
wajahmu selalu rembulan

ketika sore menjemput senja di teras depan
di ufuk maghrib suara suraumu nampak parau
dari dalam kudengar ribuan kicau
tak hanya tutur kiai dan anggukan santri
tapi janji politisi yang berapi-api
sambil melepas sarung mereka sendiri

surauku
rayap usiamu semakin dewasa
bilik-bilikmu berubah warna
selain merah-putih
abu-abu, biru, kuning dan hijau juga lukisannya

surauku, surauku
rinduku telah rampung
kembalikan aku pada alifmu
meski hanya dengan basmalah
kau telah merenda silsilah dan sejarah

o, surauku
kemana burung-burung itu akan mengaji
jika lembaran-lembaran kitabmu tak hijau lagi

Malang, Juni 2008 (published by hamiddin)


HIJAU-TEMBAKAU ALIFMU

Telah kukecup jejak kakimu
dengan legam bibir kelamku
berharap datang cahaya kalbu
seperti sabda-sabda pendahulu
purnama akan selalu dirindu

Aku hendak menyeberangi kali
tapi tanganku tak gapai matahari
bersama batu yang selalu mengasuh dahaga doamu
Aku tumbuh sehijau-tembakau alifmu.

Luk-Guluk, 8 Agustus 2009 (by Hamiddin)